Bismillahirrahmaanirrahiim
Ya Al
Home » Archives for November 2012
0
Contoh Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang mayoritas
masyarakatnya beragama islam dan terbesar di dunia, sangat potensial untuk
menjadi negara besar dengan perekonomian yang mapan dengan masyrakat yang
sejahtera dan segala kebutuhan terpenuhi, namun sayang disebagian masyarakat
masih merupakan sebuah harapan mimpi yang mustahil menjadi kenyataankalau
masyarakatnya itu sendiri kurang peduli terhadap kehidupan sosial kita masih
melihat panitia-panitia pembangunan mesjid, pengurus yayasan yatim piatu dan
sejenisnya meminta sumbangan di pinggir jalan, menenteng map dari rumah ke
rumah, berjalan dari kampung satu ke kampung yang lain, bahkan smapai prihatin
melihat anak keil salah satu santri di pondok pesantren harus bekerja keras
meminta sumbangan demi pembangunan pondok pesantren yang ia tempati.potret
semacam ini sering kali kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari.
Penulis
adalah seorang pelajar beranggapan hal semacam ini sebenarnya tidak perlu
terjadi seandainya kita mayoritas umat islam menyadari akan hakikat duniawi “
bahwa barang yang kita miliki sebenarnya adalah titipan illahi, dunia yang kita
nikmati sebenarnya milik Allah.
Penulis sebenarnya merasa iri ketika salah satu
organisasi umat agama lain sampai bisa membiayai anak-anak yang tidak mampu
untuk disekolahkan sampai ke perguruan tinggi. Kenapa kita tidak?, pengurus
yayasan, DKM masih berselisih paham apakah dana mesjid atau yayasan bisa atau
tidak digunakan untuk anak sekolah atau santri yang tidak mampu.
Dari
penemuan-penemuan tersebut ada beberapa hal yang semestinya kita pikirkan
bersama. Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
memberdayakan sedekah.
Pada zaman modern ini, umat Islam telah banyak diuji dengan berbagai macam
permasalahan, mulai dari bencana alam di mana-mana, kemiskinan yang merajalela
hingga bentuk-bentuk tantangan dakwah yang telah membuat sebagian umat Islam
teruji sedemikian rupa. Di sini umat Islam memerlukan suatu gerakan yang
setidaknya dapat membuat mereka lulus melewati ujian-ujian yang diberikan Allah
SWT. Salah satu dari gerakan yang dapat mewujudkan hal tersebut adalah
gerakan sedekah.
Bahkan Allah SWT
menganjurkan :
يأيها الذين ءامنواانفقوا من طيبت ما كسبتم ومما
أخرجنا لكم من الاض ولاتيممواالخبيث منه تنفقون ولستم بأخديه الا ن تغمضوا فيه
واعلمواان الله غني حميد
“Hai
orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi
untuk kamu nafkahkanlah dari padanya, padahal kamu sendiri mengambilnya
melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah maha kaya
lagi maha terpuji (QS. Albaqoroh (2) : 267)
Ayat ini
menunjukan bahwa pentingnya sedekah kepada sesama makhluk Allah karena segala
sesuatu yang kita miliki adalah milik Allah, kita hanya sekedar diberi amanat
oleh Allah. Darimana harta yang kita miliki, dan untuk apa harta itu dipakai?.
Selayaknya
memberi sesuatu kepada orang lain atau bersedekah dengan sesuatu yang baik dan
disukai seperti yang dijelaskan pada ayat di atas berinfaklah dengan harta
kekayaanmu yang masih baik, dan jangan pilih barang yang sudah buruk untuk
diinfakkan tanpa mengikutkan yang masih baik. Ini merupakan larangan membatasi
sedekah/infak hanya dengan barang yang sudah buruk. Yang dimaksud al-khabits
(yang buruk) disini bukan barang haram, karena memang barang seperti ini
sama sekali tidak boleh disedekahkan.Untuk itu penulis menyajikan berbagai
realita nyata yang dialami para dermawan ketika mengeluarkan hartanya untuk
bersedekah.
B. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis mencoba merumuskan
persoalan dalam bentuk pertanyaan.
1.
Apa manfaat sedekah bagi kehidupan sehari-hari?
2.
Mengapa masih banyak khalayak yang tidak peduli terhadap
rasa saling
memberi?
3.
Bagaimana keadaan masyarakat setelah adanya budaya sedekah
direalisasikan?
C. Batasan Masalah
Pada masalah ini diberikan pembatasan
masalah sebagai berikut :
1.
Keutamaan sedekah dalam aktivitas sehari-hari
2.
Realita keutamaan sedekah
D. Tujuan Penelitian
1.
Agar masyarakat mengetahui apa rahasia dibalik sedekah.
2.
Menciptakan karakteristik masyarakat terhadap budaya
sedekah.
3.
Mengajak masyarakat untuk mempererat tali silaturahmi
dengan mengaplikasikan budaya sedekah.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini semoga
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, maupun bagi para pembaca atau
pihak-pihak lain yang berkepentingan.
1.
Manfaat Akademis
Penelitian ini
berhubungan erat dengan lembaga-lembaga sosialisasi yang terdapat di Indonesia,
sehingga penulis mengharapkan masyarakat untuk membacanya agar lebih
memahaminya.
2.
Manfaat dalam imperalis dan prakter
Penulis
memfokuskan agar adanya hubungan interaksi masyarakat mampu dan kurang mampu.
BAB II
KERANGKA
TEORITIS
A.
SEDEKAH
1.
PENGERTIAN SEDEKAH
Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang
diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela
tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian
yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT
dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli
fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu' (sedekah secara spontan dan sukarela).
Di dalam Alquran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum Muslimin untuk
senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud adalah firman Allah
SWT yang artinya:
''Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar.'' (QS An Nisaa [4]: 114).
''Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar.'' (QS An Nisaa [4]: 114).
Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunah, berpahala
bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Di samping sunah,
adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang
bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut
akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir ada kalanya juga
hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan
orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya,
sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu.
Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada
seseorang atau lembaga.
Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu' berbeda dengan
zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan
diberikan secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau diberitakan
kepada umum. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi SAW dari sahabat Abu Hurairah.
Dalam hadits itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang mendapat
naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan
tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa
yang telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut.
Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara
terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya
diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan uluran tangan.
Mengenai kriteria barang yang lebih utama disedekahkan, para fuqaha
berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas
baik dan disukai oleh pemiliknya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya;
''Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai...'' (QS Ali Imran [3]: 92).
Pahala sedekah akan lenyap bila si pemberi selalu menyebut-nyebut sedekah yang telah ia berikan atau menyakiti perasaan si penerima. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya yang berarti:
''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima.'' (QS Al Baqarah [2]: 264).
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya;
''Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai...'' (QS Ali Imran [3]: 92).
Pahala sedekah akan lenyap bila si pemberi selalu menyebut-nyebut sedekah yang telah ia berikan atau menyakiti perasaan si penerima. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya yang berarti:
''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima.'' (QS Al Baqarah [2]: 264).
B.
ANJURAN SEDEKAH
Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang
yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu
nafkahkanlah dari padanya, padahal kamu sendiri mengambilnya melainkan dengan
memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah maha kaya lagi maha
terpuji (QS. Albaqoroh (2) : 267)
Firman Allah di surat lain: Kamu sekali-kali tidak
sampai pada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta
yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya. (QS. Ali ‘Imron (3) : 92)
Dalam hadits, Rasulullah pernah ditanya, sedekah bagaimana
yang paling afdhal? Beliau menjawab, “Bersedekahlah selagi kau sehat dan
bersemangat, masih mengharapkan kebertahanan (benda yang kau sedekahkan) dan
menghkhawatirkan kehilangannya, dan tidak menunda-nundanya hingga nyawa sampai
tenggorokan lalu baru kau katakan: Untuk Fulan segini dan untuk si Fulan
segini, padahal ia telah menjadi milik si Fulan.”[1]
Terkait firman Allah :
ويطعمون الطعام علي حبه مسكينا ويتيما واْ سيرا
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang
miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. (QS. Al-insan (76) : 8)
C.
KEUTAMAAN SEDEKAH
1.
.
Dilipat gandakan pahalanya sebanyak tujuh ratus kali lipat.
Allah SWT bersabda:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) (QS. Al-Baqarah: 261)
Dalam ayat ini, Allah SWT memberikan ganjaran yang berlipat-lipat kepada
orang yang bersedekah. Dan Allah SWT tidak hanya melipat gandakannya satu atau
dua kali, melainkan tujuh ratus kali. Di sini terlihat bahwa sedekeh merupakan
amalan yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT.
2.
.
Sebagai penghalang bencana
Dari Ali r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Segeralah bersedekah,
sesungguhnya musibah tidak dapat melintasi sedekah.”
Rasulullah SAW bersabda “Bentengilah hartamu dengan zakat, obati
orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan bersedekah dan persiapkan doa untuk
menghadapi datangnya bencana” (HR. Ath-Thabrani)
3.
Amalan yang tidak putus
pahalanya walaupun orang yang beramal tersebut sudah meninggal
Nabi Muhammad SAW bersabda:
Apabila anak Adam wafat putuslah amalnya kecuali tiga hal yaitu sodaqoh
jariyah, pengajaran dan penyebaran ilmu yang dimanfaatkannya untuk orang lain,
dan anak (baik laki-laki maupun perempuan) yang mendoakannya. (HR. Muslim)
4.
Dapat memperpanjang
umur
Nabi Muhammad SAW bersabda:
Yang dapat menolak takdir ialah doa dan yang dapat memperpanjang umur yakni
kebajikan (amal bakti). (HR. Ath-Thahawi)
Hal-hal yang berkaitan dengan umur manusia memang
merupakan hak mutlak Allah SWT. Namun di sini Rasulullah SAW memberikan suatu
petunjuk bahwa di antara salah satu fadhillah sedekah adalah dapat
memperpanjang umur. Kata-kata “kebajikan” di sini dapat diartikan sedekah.
Diceritakan, ketika Nabi Ayub AS sedang mandi tiba-tiba Allah SWT
mendatangkan seekor belalang emas dan hinggap di lengannya. Baginda
menepis-nepis lengan bajunya agar belalang
jatuh. Lantas Allah SWT berfirman, ''Bukankah Aku lakukan begitu supaya
kamu menjadi lebih kaya?'' Nabi Ayub AS menjawab, ''Ya benar, wahai Sang
Pencipta! Demi keagungan-Mu apalah makna kekayaan tanpa keberkahan-Mu.''
Umar bin Abdul Aziz mengatakan: “Shalat mengantarkanmu
setengah jalan, puasa mengantarkanmu ke depan pintu Al-Malik (Sang Maha
Raja), dan sedekah memasukkanmu ke hadapan-Nya.”
Ibnu
Mas’ud menuturkan: “Syahdan, ada seorang laki-laki yang beribadah kepada Allah
selama tujuh puluh tahun, kemudian ia melakukan perbuatan zina, maka Allah
menghapus seluruh amalnya. Setelah itu ia berpapasan dengan seorang fakir
miskin, lalu memberi sedekah kepadanya berupa roti, maka Allah pun mengampuni
dosanya dan memulihkan kembali pahala ibadah tujuh tahunnya.”
Ubaid bin
Umar mengatakan: “Pada hari kiamat kelak manusia dikumpulkan dalam kondisi
lapar yang belum mereka alami sebelumnya, telanjang yang belum mereka alami
sebelumnya, haus yang belum mereka alami sebelumnya, Maka, barangsiapai makan
(orang) demi Allah, maka Allah akan mengenyangkannya, barangsiapa memberi minum
(orang) demi Allah, maka Allah akan meminuminya, dan barang siapa memberi sandang
(orang) demi Allah, maka Allah akan membusanainya.”
Kisah di atas
menegaskan betapa pentingnya keberkahan dalam rezeki yang dikurniakan oleh
Allah SWT. Kekayaan tidak akan membawa arti tanpa ada keberkahan. Dengan adanya
keberkahan, harta dan rezeki yang sedikit akan bisa merasa cukup. Sebaliknya,
tanpa keberkahan rezeki yang meskipun banyak akan merasa sempit dan
menyusahkan.
Agar rezeki yang Allah SWT berikan kepada kita menjadi berkah, Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak sedekah. Kata Rasulullah SAW, ''Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah.'' Dalam hadis lain, Rasulullah SAW menjelaskan, ''Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia di bumi. Yang satu menyeru, 'Ya Tuhanku, karuniakanlah?ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kerena Allah'. Yang satu lagi menyeru, 'Musnahkanlah orang yang menahan hartanya'.''
Agar rezeki yang Allah SWT berikan kepada kita menjadi berkah, Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak sedekah. Kata Rasulullah SAW, ''Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah.'' Dalam hadis lain, Rasulullah SAW menjelaskan, ''Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia di bumi. Yang satu menyeru, 'Ya Tuhanku, karuniakanlah?ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kerena Allah'. Yang satu lagi menyeru, 'Musnahkanlah orang yang menahan hartanya'.''
Sedekah walaupun kecil tetapi amat berharga di sisi Allah SWT. Orang yang
bakhil dan kikir dengan tidak menyedekahkan sebagian hartanya akan merugi di
dunia dan akhirat karena tidak ada keberkahan. Jadi, sejatinya orang yang
bersedekah adalah untuk kepentingan dirinya. Sebab, menginfakkan (belanjakan)
harta akan memperoleh berkah, dan sebaliknya menahannya adalah celaka.
Mengapa semua itu bisa terjadi? Sebab, Allah SWT mencintai orang-orang yang bersedekah. Kalau Allah SWT sudah mencintai seorang hambanya, maka tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan, tidak ada permintaan dan doa yang Allah tidak kabulkan, serta tidak ada dosa yang Allah tidak ampuni, dan hamba tersebut akan meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah (baik).
Mengapa semua itu bisa terjadi? Sebab, Allah SWT mencintai orang-orang yang bersedekah. Kalau Allah SWT sudah mencintai seorang hambanya, maka tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan, tidak ada permintaan dan doa yang Allah tidak kabulkan, serta tidak ada dosa yang Allah tidak ampuni, dan hamba tersebut akan meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah (baik).
Kekuatan dan kekuasaan Allah jauh lebih besar dari persoalan yang dihadapi
manusia. Lalu, kalau manfaat sedekah begitu dahsyatnya, masihkah kita belum
juga tergerak untuk mencintai sedekah?
Bahwa
keenganan berinfak dan bersedekah dapat menjadi faktor penyebab kebinasaan
harta-benda. Barangsiapa yang enggan berinfak/bersedekah sementara harta
kekayaannya secara lahiriah tidak binasa, maka sebenarnya ia binasa karena
keminiman manfaat harta tersebut baginya, baik di dunia maupun di akhiratnya.
Dan hal itu lebih dahsyat daripada keinasaan lahiriah yang ditandai dengan
hilangnya kekayaan.
D.
HUKUM SEDEKAH
Sedekah hukumnya
sunnah mu’akkadah, berdasarkan sejumlah ayat dan hadis. Namun, ia juga bisa
menjadi haram jika pemberi sedekah tahu atau menduga kuat bahwa penerimanya
akan membelanjakan uang hasil sedekah tersebut untuk hal-hal yang jahat,
bobrok, dan maksiat kepada Allah.
Diwaktu lain, sedekah
sedekah bisa menjadi wajib jika pemberi sedekah mendapati seseorang yang
benar-benar dalam kondisi kritis dan membutuhkan sedekahnya, dan si pemberi
sedekah memiliki persediaan yang melebihi kebutuhan pokok. Dalam kondisi
darurat (kritis) ini, ia wajib bersedekah demi mempertahankan nyawa orang yang
ditemuinya dan demi menjaga keselamatannya dari kebinasaan (kematian). Jika
nafsu dirinya tidak mengizinkannya untuk memberikan sedekah tersebut demi
mendekatkan diri kepada Allah dan menari keridhaan-Nya, maka hendaklah ia
memberi dengan kompensasi imbalan tertentu. Bahkan, dalam kondisi nyaris mati,
orang yang terdesak kebutuhan ini boleh memerangi orang yang membawa bekal jika memang ia
menolak memberinya sedikit saja bekal yang ia bawa dan ia tidak berdosa dengan
tindakan tersebut, jika ia membunuh karena terdesak kelaparan, maka dosanya
dibebankan kepada penduduk kawasan tempat kejadian perkara.
E.
ETIKA SEDEKAH DAN NORMA-NORMA SYARA’ DALAM BERSEDEKAH
Dalam
bersedekah, pemberi disunnahkan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut.
1.
Mengiringi setiap aktivitas sedekah dengan bacaan basmallah,
sebab ia merupakan perkara yang amat besar.
2.
Menyerahkan sedekah dengan penuh kemurahan hati, senang
hati, penuh sukacita agar selalu diridhai Allah.
3.
Tidak menyimpan motif tertentu di balik pemberiannya
dengan mengharap manfaat dari orang fakir yang diberinya sedekah, apa pun
bentuknya, baik berupa penghargaan atas statusnya maupun berupa doa untuknya
sebagai imbalan sedekah yang telah ia berikan.
Kalangan salafussaleh selalu membalas doa orang
fakir yang mereka beri sedekah dengan doa yang sama karena takut mengurangi
pahalanya. Lihat misalnya Aisyah ra. Setiap bersedekah pada seseorang, ia
selalu mengirim seseorang membuntuti orang tersebut hingga rumahnya, untuk mengetahui
apakah ia mendoakannya atau tidak, lalu ia akan balas berdoa sesuai doa orang
tersebut agar doanya tidak menjadi timbal balik sedekah,sehingga pahalanya
berkurang. Ini merupakan tindakan yang extra hati-hati.
4.
Menyembunyikan dan menutup-nutupi sedekahnya hingga tangan
kirinya seolah-olah tidak mengetahui apa yang diberikan tangan kanannya. Dengan
bahasa lain, jika tangan kiri adalah sorang laki-laki yang sadar, tentu ia akan
mengetahui apa yang diinfakkan tangan kanan. Ini merupakan bentuk hiperbolis dalam
hal merahasiakan. Sebab, keutamaan sedekah secara sembunyi-sembunyi jauh
melebihi sedekah yang diberikan secara terang-terangan di depan orang (umum) dan
membantu menyempurnakan kebaikan dengan kebaikan yang lain.
Syahdan, ada seorang laki-laki yang menyerahkan
sesuatu kepada seorang tokoh ulama, lalu ia menolaknya, sementara ada seseorang
lagi yang menyerahkan sesuatu kepadanya secara sembunyi-sembunyi dan sang tokoh
itu mau menerimanya. Sang tokoh pun dimintai konfirmasi mengenai hal tersebut,
dan dijawab olehnya, “Sesungguhnya si Fulan (orang yang kedua) bersikap santun
dalam amalnya dengan menyembunyikan amal baiknya maka akupun menerimanya,
sedangkan si Fulan (orang yang pertama) bersikapa kurang santun dalam amalnya.”
5.
Bersedekah di jalan Allah
dengan segala ketulusan dan menjungjung tinggi kemaslahatan, bukan
menari balasan dari orang yang diberinya maupun menurut kompensasi, juga tidak
mengikuti sedekahnya dengan mengungkit-ungkit pemberian dan menyakiti hati
penerimanya. Sebab orang yang melakukan demikian hanya akan dihapuskan (pahala)
amalnya dan dibatalkan ganjarannya, sebagaiman a firman Allah: “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutkan daan menyaakiti (perasaan si penerima).” (QS.
Al-Baqarah (2): 264)
Diriwayatkan oleh muslim, Rasulullah Saw
bersabda “Ada tiga (jenis) orang yang tidak diajak biara Allah pada hari
kiamat, tidak dilihat-Nya maupun disucikan-Nya, dan bagi mereka siksa yang
pedih.” Abu Dzarr menukas, “Alangkah malang dan ruginya mereka.
Siapa gerangan mereka, wahai Rasulallah?” Beliau menjawab, “Orang yang
menjulurkan kain bawahannya (sarungnya) melebihi mata kaki, orang yang suka
mengungkit-ungkit pemberian, dan orang yann menjual barang dagangannyadengan
sumpah palsu.”
Adapun hakikat mengungkit-ungkit merujuk
keterangan Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulum Ad-Din adalah memandang
dirinya telah berbuat baik kepada penerma sedekah dan memberi anugerah/nikmat
kepadanya. Sedangkan aktualisasinya adalah dengan membicarakan apa yang telah
diberikannya, memamerkannya, dan meminta imbalan darinya(penerima) dalam bentuk
ucapan terimakasih, doa, pelayanan, penghormatan pengagungan, menjalankan
hak-hak, mengutamakannya didalam majelis, dan mengikuti segala urusannya.
B. EKONOMI INDONESIA
Indonesia memiliki ekonomi berbasis-pasar di mana pemerintah
memainkan peranan penting. Pemerintah memiliki lebih dari 164 BUMN dan
menetapkan harga beberapa barang pokok, termasuk bahan bakar, beras, dan listrik. Setelah krisis finansial Asia yang dimulai pada pertengahan 1997, pemerintah menjaga
banyak porsi dari aset sektor swasta melalui pengambilalihan pinjaman bank
tak berjalan dan asset
perusahaan melalui proses penstrukturan hutang.
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat
buruk, antara lain disebabkan oleh :
·
Inflasi yang
sangat tinggi
Disebabkan
karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada saat
itu diperkirakan mata uang Jepang yang beredar di masyarakat sebesar 4 milyar.
Dari jumlah tersebut, yang beredar di Jawa saja, diperkirakan sebesar 1,6
milyar. Jumlah itu kemudian bertambah ketika pasukan Sekutu berhasil menduduki
beberapa kota besar di Indonesia dan menguasai bank-bank.
Dari bank-bank itu Sekutu mengedarkan uang cadangan
sebesar 2,3 milyar untuk keperluan operasi mereka. Kelompok masyarakat yang
paling menderita akibat inflasi ini adalah petani. Hal itu disebabkan pada
zaman pendudukan Jepang petani adalah produsen yang paling banyak menyimpan
mata-uang Jepang. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI
menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian
pada tanggal 6
Maret 1946, Panglima
AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu)
mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada
bulan Oktober 1946, pemerintah
RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang
Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter,
banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
Pada saat kesulitan ekonomi menghimpit bangsa Indonesia,
tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI yang baru, Letnan Jenderal Sir Montagu
Stopford mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang diduduki
Sekutu. Uang NICA ini dimaksudkan sebagai pengganti uang Jepang yang nilainya
sudah sangat turun. Pemerintah melalui Perdana Menteri Syahrir memproses
tindakan tersebut. Karena hal itu berarti pihak Sekutu telah melanggar
persetujuan yang telah disepakati, yakni selama belum ada penyelesaian politik
mengenai status Indonesia, tidak akan ada mata uang baru.
Oleh karena itulah pada bulan Oktober 1946 Pemerintah
RI, juga melakukan hal yang sama yaitu mengeluarkan uang kertas baru yaitu Oeang Republik Indonesia (ORI) sebagai pengganti uang Jepang. Untuk melaksanakan
koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi dan keuangan, pemerintah membentuk
Bank Negara Indonesia pada tanggal 1 November 1946. Bank Negara ini semula adalah Yayasan Pusat Bank yang
didirikan pada bulan Juli 1946 dan dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Bank negara ini bertugas mengatur nilai tukar ORI
dengan valuta
asing.
·
Adanya blokade
ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan
luar negri RI.
Blokade laut ini dimulai pada bulan November 1945 ini,
menutup pintu keluar-masuk perdagangan RI. Adapun alasan pemerintah Belanda
melakukan blokade ini adalah:
1.
Untuk mencegah
dimasukkannya senjata dan peralatan militer ke Indonesia;
2.
Mencegah
dikeluarkannya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya;
3.
Melindungi
bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang bukan
Indonesia.
·
Kas negara
kosong.
·
Eksploitasi
besar-besaran di masa penjajahan.
·
Tanah
pertanian rusak
1.
Tenaga kerja
dijadikan romusha
2.
Tanah
pertanian ditanami tanaman keras
Usaha-usaha
yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, antara lain :
·
Program
Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman dengan
persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.
·
Upaya menembus
blokade dengan diplomasi beras ke India seberat
500000 ton, mangadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan
ke Singapura dan Malaysia.
·
Konferensi
ekonomi Februari 1946 dengan tujuan
untuk memperoleh kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah
ekonomi yang mendesak, yaitu : masalah produksi dan distribusi makanan,
masalah sandang, serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
·
Rekonstruksi
dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948 yaitu
mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
·
Pada tanggal 19 Januari 1947 dibentuk Planing Board (badan perancang ekonomi
yang bertugas untuk membuat rencana pembangunan ekonomi jangka waktu 2 sampai
tiga tahun). Kemudian IJ
Kasimo sebagai menteri Persediaan Makanan Rakyat
menghasilkan rencana produksi lima tahun yang dikenal dengan nama Kasimo Plan, yang
isinya
1.
Memperbanyak
kebun bibit dan padi unggul
2.
Pencegahan
penyembelihan hewan pertanian
3.
Penanaman
kembali tanah kosong
4.
Pemindahan
penduduk (transmigrasi) 20 juta jiwa dari Jawa ke Sumatera dalam jangka waktu 1-15 tahun.
Kehidupan ekonomi Indonesia hingga tahun 1959 belum
berhasil dengan baik dan tantangan yang menghadangnya cukup berat. Upaya
pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi adalah sebagai berikut.
Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering).
Caranya memotong semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya
tinggal setengahnya. Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa pemerintahan RIS. Tindakan ini
dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK Menteri Nomor 1 PU tanggal 19 Maret 1950. Tujuannya untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar
Rp. 5,1 Miliar.
Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang
memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-orang kelas menengah dan kelas atas.
Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dan pemerintah
mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan mendapat pinjaman sebesar
Rp. 200 juta.
Sistem Ekonomi
Gerakan Benteng
Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah
Republik Indonesia untuk mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang
dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh Sumitro Djojohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini bertujuan untuk
mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional
(pembangunan ekonomi Indonesia). Programnya adalah:
·
Menumbuhkan
kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.
·
Para pengusaha
Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi
dalam pembangunan ekonomi nasional.
·
Para pengusaha
Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan kredit.
·
Para pengusaha
pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.
Gagasan
Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan Benteng
dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700
perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi
tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik meskipun beban keuangan
pemerintah semakin besar. Kegagalan program ini disebabkan karena :
·
Para pengusaha
pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam kerangka sistem
ekonomi liberal.
·
Para pengusaha
pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
·
Para pengusaha
pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
·
Para pengusaha
kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
·
Para pengusaha
ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup mewah.
·
Para pengusaha
menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat dari kredit yang
mereka peroleh.
Dampaknya
adalah program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban defisit
anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit
anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan
Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit khususnya pada pengusaha dan pedagang
nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih terdapat para pengusaha
pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume
impor.
Nasionalisasi De Javasche Bank
Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir
tahun 1951 pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche
Bank menjadi Bank Indonesia. Awalnya terdapat peraturan bahwa mengenai
pemberian kredit harus dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini
menghambat pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.
Tujuannya adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta
melakukan penghematan secara drastis. Perubahan mengenai nasionalisasi De
Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai bank sentral dan bank sirkulasi diumumkan pada
tanggal 15
Desember 1951 berdasarkan Undang-undang No. 24 tahun
1951.
Sistem Ekonomi
Ali-Baba
Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (menteri perekonomian kabinet Ali I). Tujuan dari
program ini adalah:
·
Untuk
memajukan pengusaha pribumi.
·
Agar para
pengusaha pribumi bekerjasama memajukan ekonomi nasional.
·
Pertumbuhan
dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam rangka merombak
ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
·
Memajukan
ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan non
pribumi.
Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusaha non pribumi
khususnya Cina. Dengan pelaksanaan kebijakan Ali-Baba, pengusaha
pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada
tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf.
Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional.
Pemerintah memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan
perusahaan-perusahaan asing yang ada. Program ini tidak dapat berjalan dengan
baik sebab:
·
Pengusaha
pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan
bantuan kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih
berpengalaman dalam memperoleh bantuan kredit.
·
Indonesia
menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan persaingan bebas.
·
Pengusaha
pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas.
Persaingan
Finansial Ekonomi (Finek)
Pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap dikirim
delegasi ke Jenewa untuk merundingkan masalah finansial-ekonomi antara
pihak Indonesia dengan pihak Belanda. Misi ini dipimpin oleh Anak Agung Gde Agung. Pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana
persetujuan Finek, yang berisi:
·
Persetujuan
Finek hasil KMB dibubarkan.
·
Hubungan Finek
Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
·
Hubungan Finek
didasarkan pada Undang-undang Nasional, tidak boleh diikat oleh perjanjian lain
antara kedua belah pihak.
Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani,
sehingga Indonesia mengambil langkah secara sepihak. Tanggal 13 Februari 1956 Kabinet Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran Uni
Indonesia-Belanda secara sepihak. Tujuannya untuk melepaskan diri dari
keterikatan ekonomi dengan Belanda. Sehingga, tanggal 3 Mei 1956, akhirnya
Presiden Soekarno menandatangani undang-undang pembatalan KMB. Dampaknya adalah
banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, sedangkan pengusaha
pribumi belum mampu mengambil alih perusahaan Belanda tersebut.
Rencana
Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat
dan program yang silih berganti menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi
yang menyebabkan terjadinya kemerosotan ekonomi, inflasi, dan lambatnya
pelaksanaan pembangunan.
Program yang
dilaksanakan umumnya merupakan program jangka pendek, tetapi pada masa kabinet
Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Tugas biro ini merancang
pembangunan jangka panjang. Ir. Juanda diangkat sebagai menteri perancang
nasional. Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang
rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961 dan disetujui DPR pada
tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui
Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5
miliar rupiah.
RPLT tidak
dapat berjalan dengan baik disebabkan karena :
·
Adanya depresi
ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan awal tahun
1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot.
·
Perjuangan
pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan
Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.
·
Adanya
ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan
kebijakan ekonominya masing-masing.
Musyawarah
Nasional Pembangunan
Masa kabinet Juanda terjadi ketegangan hubungan antara
pusat dan daerah. Masalah tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan
Musayawaraah Nasional Pembangunan (Munap). Tujuan diadakan Munap adalah untuk
mengubah rencana pembangunan agar dapat dihasilkan rencana pembangunan yang
menyeluruh untuk jangka panjang. Tetapi tetap saja rencana pembangunan tersebut
tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena:
·
Adanya
kesulitan dalam menentukan skala prioritas.
·
Terjadi
ketegangan politik yang tak dapat diredakan.
·
Timbul
pemberontakan PRRI/Permesta.
Hal ini
membutuhkan biaya besar untuk menumpas pemberontakan PRRI/ Permesta sehingga
meningkatkan defisit Indonesia. Memuncaknya ketegangan politik Indonesia-
Belanda menyangkut masalah Irian Barat mencapai konfrontasi bersenjata.
Orde Baru
Selama lebih dari 30 tahun pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto, ekonomi Indonesia tumbuh dari GDP per kapita $70 menjadi lebih dari $1.000 pada 1996. Melalui
kebijakan moneter dan keuangan yang ketat, inflasi ditahan sekitar 5%-10%, rupiah stabil dan
dapat diterka, dan pemerintah menerapkan sistem anggaran berimbang. Banyak dari
anggaran pembangunan dibiayai melalui bantuan asing.
Pada
pertengahan 1980-an pemerintah mulai menghilangkan hambatan kepada aktivitas
ekonomi. Langkah ini ditujukan utamanya pada sektor eksternal dan finansial dan
dirancang untuk meningkatkan lapangan kerja dan pertumbuhan di bidang ekspor
non-minyak. GDP nyata tahunan tumbuh rata-rata mendekati 7% dari 1987-1997, dan banyak
analisis mengakui Indonesia sebagai ekonomi industri dan pasar utama yang
berkembang.
Tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari 1987-1997 menutupi beberapa kelemahan
struktural dalam ekonomi Indonesia. Sistem legal sangat lemah, dan tidak ada
cara efektif untuk menjalankan kontrak, mengumpulkan hutang, atau menuntut atas
kebangkrutan. Aktivitas bank sangat sederhana, dengan peminjaman
berdasarkan-"collateral" menyebabkan perluasan dan pelanggaran
peraturan, termasuk batas peminjaman. Hambatan non-tarif, penyewaan oleh
perusahaan milik negara, subsidi domestik, hambatan ke perdagangan domestik,
dan hambatan ekspor seluruhnya
menciptakan gangguan ekonomi.
Krisis f inansial
Asia Tenggara yang melanda
Indonesia pada akhir 1997 dengan cepat berubah menjadi sebuah krisis ekonomi dan
politik. Respon pertama Indonesia terhadap masalah ini adalah menaikkan tingkat
suku bunga domestik untuk mengendalikan naiknya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah, dan memperketat
kebijakan fiskalnya. Pada Oktober 1997, Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) mencapai kesepakatan tentang program reformasi
ekonomi yang diarahkan pada penstabilan ekonomi makro dan penghapusan beberapa
kebijakan ekonomi yang dinilai merusak, antara lain Program Permobilan Nasional
dan monopoli, yang melibatkan anggota keluarga Presiden Soeharto. Rupiah masih
belum stabil dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya Presiden
Suharto terpaksa mengundurkan diri pada Mei 1998.
Pasca Suharto
Di bulan Agustus 1998, Indonesia dan IMF menyetujui
program pinjaman dana di bawah Presiden B.J Habibie. Presiden Gus Dur yang terpilih sebagai presiden pada Oktober 1999 kemudian
memperpanjang program tersebut.
Pada 2010 Ekonomi Indonesia sangat stabil dan tumbuh
pesat. PDB bisa dipastikan melebihin Rp 6300 Trilyun [1] meningkat lebih dari 100 kali lipat dibanding PDB tahun
1980. Setelah India dan China, Indonesia adalah negara dengan ekonomi yang
tumbuh paling cepat di antara 20 negara anggota Industri ekonomi terbesar
didunia G20.
Kajian
Pengeluaran Publik
Sejak krisis keuangan Asia pada akhir tahun 1990-an, yang
memiliki andil atas jatuhnya rezim Suharto pada bulan Mei 1998, keuangan publik
Indonesia telah mengalami transformasi besar. Krisis keuangan tersebut
menyebabkan kontraksi ekonomi yang sangat besar dan penurunan yang sejalan
dalam pengeluaran publik. Tidak mengherankan utang dan subsidi meningkat secara
drastis, sementara belanja pembangunan dikurangi secara tajam.
Saat ini, satu dekade kemudian, Indonesia telah keluar
dari krisis dan berada dalam situasi dimana sekali lagi negara ini mempunyai
sumber daya keuangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Perubahan
ini terjadi karena kebijakan makroekonomi yang berhati-hati, dan yang paling
penting defisit anggaran yang sangat rendah. Juga cara pemerintah membelanjakan
dana telah mengalami transformasi melalui "perubahan besar"
desentralisasi tahun 2001 yang menyebabkan lebih dari sepertiga dari
keseluruhan anggaran belanja pemerintah beralih ke pemerintah daerah pada tahun
2006. Hal lain yang sama pentingnya, pada tahun 2005, harga minyak
internasional yang terus meningkat menyebabkan subsidi minyak domestik
Indonesia tidak bisa dikontrol, mengancam stabilitas makroekonomi yang telah
susah payah dicapai. Walaupun terdapat risiko politik bahwa kenaikan harga minyak
yang tinggi akan mendorong tingkat inflasi menjadi lebih besar, pemerintah
mengambil keputusan yang berani untuk memotong subsidi minyak.
Keputusan tersebut memberikan US$10 miliar [4] tambahan untuk pengeluaran bagi program pembangunan.
Sementara itu, pada tahun 2006 tambahan US$5 miliar [5] telah tersedia berkat kombinasi dari peningkatan
pendapatan yang didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil secara
keseluruhan dan penurunan pembayaran utang, sisa dari krisis ekonomi. Ini
berarti pada tahun 2006 pemerintah mempunyai US$15 miliar [6] ekstra untuk dibelanjakan pada program pembangunan.
Negara ini belum mengalami 'ruang fiskal' yang demikian besar sejak peningkatan
pendapatan yang dialami ketika terjadi lonjakan minyak pada pertengahan tahun
1970an. Akan tetapi, perbedaan yang utama adalah peningkatan pendapatan yang
besar dari minyak tahun 1970-an semata-mata hanya merupakan keberuntungan
keuangan yang tak terduga. Sebaliknya, ruang fiskal saat ini tercapai sebagai
hasil langsung dari keputusan kebijakan pemerintah yang hati hati dan tepat.
Walaupun
demikian, sementara Indonesia telah mendapatkan kemajuan yang luar biasa dalam
menyediakan sumber keuangan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan, dan situasi
ini dipersiapkan untuk terus berlanjut dalam beberapa tahun mendatang, subsidi
tetap merupakan beban besar pada anggaran pemerintah. Walaupun terdapat
pengurangan subsidi pada tahun 2005, total subsidi masih sekitar US$ 10 miliar [7] dari belanja pemerintah tahun 2006 atau sebesar 15
persen dari anggaran total.
Berkat keputusan pemerintahan Habibie (Mei 1998 - Agustus
2001) untuk mendesentralisasikan wewenang pada pemerintah daerah pada tahun
2001, bagian besar dari belanja pemerintah yang meningkat disalurkan melalui
pemerintah daerah. Hasilnya pemerintah propinsi dan kabupaten di Indonesia
sekarang membelanjakan 37 persen [8] dari total dana publik, yang mencerminkan tingkat
desentralisasi fiskal yang bahkan lebih tinggi daripada rata-rata OECD.
Dengan tingkat desentralisasi di Indonesia saat ini dan
ruang fiskal yang kini tersedia, pemerintah Indonesia mempunyai kesempatan unik
untuk memperbaiki pelayanan publiknya yang terabaikan. Jika dikelola dengan
hati-hati, hal tersebut memungkinkan daerah-daerah tertinggal di bagian timur
Indonesia untuk mengejar daerah-daerah lain di Indonesia yang lebih maju dalam
hal indikator sosial. Hal ini juga memungkinkan masyarakat Indonesia untuk
fokus ke generasi berikutnya dalam melakukan perubahan, seperti meningkatkan
kualitas layanan publik dan penyediaan infrastruktur seperti yang ditargetkan.
Karena itu, alokasi dana publik yang tepat dan pengelolaan yang hati-hati dari
dana tersebut pada saat mereka dialokasikan telah menjadi isu utama untuk
belanja publik di Indonesia kedepannya.
Sebagai
contoh, sementara anggaran pendidikan telah mencapai 17.2 persen [9] dari total belanja publik- mendapatkan alokasi tertinggi
dibandingkan sektor lain dan mengambil sekitar 3.9 persen [10] dari PDB pada tahun 2006, dibandingkan dengan hanya 2.0
persen dari PDB pada tahun 2001[11] - sebaliknya total belanja kesehatan publik masih
dibawah 1.0 persen dari PDB [12]. Sementara itu, investasi infrastruktur publik masih
belum sepenuhnya pulih dari titik terendah pasca krisis dan masih pada tingkat
3.4 persen dari PDB [13]. Satu bidang lain yang menjadi perhatian saat ini adalah
tingkat pengeluaran untuk administrasi yang luar biasa tinggi. Mencapai sebesar
15 persen pada tahun 2006 [14], menunjukkan suatu penghamburan yang signifikan atas
sumber daya publik.
BAB III
PEMBAHASAN
Di bab ini penulis akan membahas kisah para
dermawan yang mengeluarkan hartanya untuk sedekah.
Seorang Tukang tambal ban. Lima tahun yang lalu
seringkali terkena obrakan, sebab lapaknnya atau tempatnya berada di tepi
jalan. Suatu ketika, di pagi hari, ada seorang temannya yang mampir ke
tempatnya.
Ketika mereka asyik berbicara, tiba-tiba seorang pengemis berdiri meminta. Si Tukang tambal ban merasa terganggu dengan kehadiran pengemis tersebut. Dia menolaknya, dan pengemis itupun berlalu. Demikian berturut-turut hingga ada beberapa pengemis yang selalu ditolaknya.
Ketika mereka asyik berbicara, tiba-tiba seorang pengemis berdiri meminta. Si Tukang tambal ban merasa terganggu dengan kehadiran pengemis tersebut. Dia menolaknya, dan pengemis itupun berlalu. Demikian berturut-turut hingga ada beberapa pengemis yang selalu ditolaknya.
Kawannya
bertanya. “Disini banyak pengemis yang datang ya?.”
“Wah, kalau dituruti, sehari bisa puluhan orang. Saya selalu menolak mereka. Buat apa mengajari orang malas.” Kata si Tukang tambal itu.
Kawannya diam sejenak. Lalu berbicara, “Kalau boleh menyatakan, sebaiknya jika ada pengemis jangan ditolak. Meskipun seratus perak. berikanlah kepadanya!.”
“Wah, kalau dituruti, sehari bisa puluhan orang. Saya selalu menolak mereka. Buat apa mengajari orang malas.” Kata si Tukang tambal itu.
Kawannya diam sejenak. Lalu berbicara, “Kalau boleh menyatakan, sebaiknya jika ada pengemis jangan ditolak. Meskipun seratus perak. berikanlah kepadanya!.”
Si tukang
tambal ban tersenyum kecut dan menanggapi dengan sikap dingin. “Pengemis
sekarang bukanlah orang yang benar-benar miskin. Di daerahnya, mereka meiliki
rumah besar, ternak banyak dan sawah luas. Mengemis dibuat sebagai mata
pencaharian. Jika menuruti pengemis, bisa bangkrut aku. Sedangkan sejak pagi
tak satupun kendaraan yang berhenti untuk mengisi angin ataupun minta
ditambal.”
Temannya berusaha menasehati dengan bijak,”Berpikir
begitu boleh-boleh saja. Tetapi saya tetap yakin bersedekah itu lebih
bermanfaat dan menguntungkan diri sendiri. Aku menggemarkan diri bersedekah
sudah beberapa tahun lalu.”
“Kamu
berbicara begitu karena memang sudah pantas melakukan sedekah, sebab
penghasilanmu besar, punya mobil dan rumah bagus. Sedangkan diriku!? hanyalah
seorang tukang tambal ban.tidak lebih dan tidak kurang!”
“Aku dulu juga seperti dirimu…… Kau tahu kan? Kehidupanku compang camping. Sekarang makan, besok harus hutang ke tetangga. Tetapi aku tidak pernah berhenti bersedekah. Maaf, ini bukan pamer ataupun membanggakan diri, tetapi maksudku berbagi pengalaman denganmu. Setiap ke masjid, aku selalu memasukan uang meskipun hanya recehan. Setiap ada pengemis datang selalu kuberi jika memang masih ada uang, tetapi kalau lagi tidak ada …air minum saja juga sudah sangat senang. Itu kulakukan secara istiqomah, Dan sungguh, aku mengalami sebuah kejadian luar biasa. Rejekiki sangat lancar, setiap ada rencana selalu berhasil, setiap transaksi selalu sukses, apa saja yang kulakukan selalu membawa berkah hingga kamu lihat sendiri seperti sekarang ini.” kata temannya itu menambahkan.
“Aku dulu juga seperti dirimu…… Kau tahu kan? Kehidupanku compang camping. Sekarang makan, besok harus hutang ke tetangga. Tetapi aku tidak pernah berhenti bersedekah. Maaf, ini bukan pamer ataupun membanggakan diri, tetapi maksudku berbagi pengalaman denganmu. Setiap ke masjid, aku selalu memasukan uang meskipun hanya recehan. Setiap ada pengemis datang selalu kuberi jika memang masih ada uang, tetapi kalau lagi tidak ada …air minum saja juga sudah sangat senang. Itu kulakukan secara istiqomah, Dan sungguh, aku mengalami sebuah kejadian luar biasa. Rejekiki sangat lancar, setiap ada rencana selalu berhasil, setiap transaksi selalu sukses, apa saja yang kulakukan selalu membawa berkah hingga kamu lihat sendiri seperti sekarang ini.” kata temannya itu menambahkan.
Si tukang
tambal ban tidak segera menjawab. Dia tampaknya sedang berpikir. Temannya lalu
berkata lagi, “Memberi sedekah tidak harus kepada pengemis. kamu bisa
mengulurkan tanganmu kepada sanak saudara atau siapa saja.asalkan ikhlas.”
“Benar… dan
sedekah yang lebih tinggi harganya ialah ketika dirimu dalam keadaan sempit.
Jangan menunggu kaya baru bersedekah. Saat sekarang ini kamu harus memulainya.”
begitu temannya dengan sangat bijak dan mengena memberikan saran.
Si tukang
tambal ban mulai bisa menangkap makna memberi, dari kata-kata temannya tadi
terutama kondisi dulu yang menyatakan kalau dirinya juga berawal dari orang
yang tidak punya karena tidak punya pekerjaan tetap. Maka dia pantas dipercaya
karena keadaanya memang sudah mapan dibandingkan dengan dirinya.
Keesokan
harinya si Tukang tambal ban mulai menyediakan uang recehan. Selama uang recehan
masih ada, ia tidak pernah menolak pengemis yang datang. Kecuali jika sudah
habis jatahnya baru ia menolaknya, bahkan setiap pergi ke masjid dia tidak
pernah melupakan sedekah ke kotak infaq.
Semenjak itu rejekinya lancar. Setiap hari sejak pagi hingga petang sambung menyambung motor yang berhenti minta ditambalkan ataupun sekedar mengisi angin. Bahkan dua keponakannya yang menganggur diajaknya membantu pekerjaan itu.
Semenjak itu rejekinya lancar. Setiap hari sejak pagi hingga petang sambung menyambung motor yang berhenti minta ditambalkan ataupun sekedar mengisi angin. Bahkan dua keponakannya yang menganggur diajaknya membantu pekerjaan itu.
Sekarang si
Tukang tambal ban telah memiliki tabungan. Dari tabungannya dia mampu menyewa
tempat dan membangunnya meskipun tidak permanen. Sehingga dia kini bisa bekerja
dengan tenang karena tidak harus dikejar-kejar polisi pamong praja.
Seiring waktu,
si Tukang tambal ban tidak hanya melayani jasa menambal atau mengisi angin.
tetapi berkembang menjadi sebuah usaha ban kanisir. Bahkan dia mempunyai
puluhan pelanggan perusahaan jasa angkutan. Kalau dulu dia menerima uang
recehan dari pelanggannya. Sekarang dia menerima cek dari perusahaan sebagai
pembayaran ban kanisir. Anak buahnya semakin bertambah.
Keadaan hidup
si tukang tambal ban telah mapan. Dia bisa membeli rumah dan mobil. Setiap
tahun zakat malnya dibagikan di kampung halamannya untuk orang-orang miskin dan
yatim piatu. Bahkan dia telah berangkat haji bersama istrinya,
Si Tukang tambal
ban berhasil membuka tabir misteri keajaiban sedekah. Sekarang dia benar-benar
percaya bahwa sedekah itu sangat memberikan manfaat yang luar biasa seperti
saran temannya dulu yang diawalnya dia tanggapi dengan sikap dingin.
Subhanalloh…………..
Pasangan muda penjual nasi pinngir jalan, yang lebih
dikenal dengan Warteg (Warung Tegal). Ditangan mereka hanya ada uang 1 juta
rupiah. Uang itu seharusnya dipakai untuk membayar sewa kontrakan rumah mereka.
Namun Si suami begitu semangat ingin menyedekahkan uang itu.
“Kita
sedekahkan saja uang kontrakan itu Bu”. Kata Si suami “Kita bakalan dibalas
Alloh minimal 10 kali lipat” Begitu Si suami melanjutkan.”
“Tapi ini tinggal uang buat kita bayar kontrakan lho Pak” Sahut istrinya.
Istrinya deg-degan juga, dengan melepas uang 1 juta rupiah itu, mana tahu nanti malahan apes. Kalau sampai tidak balik lagi uang 1 juta itu, mereka pasti akan diusir si empunya kontrakan. “Mau tidur dimana nanti?” Begitu kegelisahan Si istri terhadap keberadaan uang 1 juta rupiah yang telah diniatkan Si suami.
Tetapi Si suami tetap bersikukuh untuk menyedekahkan uang 1 juta itu. Singkat cerita uang 1 juta itu kemudian mereka sedekahkan.
“Tapi ini tinggal uang buat kita bayar kontrakan lho Pak” Sahut istrinya.
Istrinya deg-degan juga, dengan melepas uang 1 juta rupiah itu, mana tahu nanti malahan apes. Kalau sampai tidak balik lagi uang 1 juta itu, mereka pasti akan diusir si empunya kontrakan. “Mau tidur dimana nanti?” Begitu kegelisahan Si istri terhadap keberadaan uang 1 juta rupiah yang telah diniatkan Si suami.
Tetapi Si suami tetap bersikukuh untuk menyedekahkan uang 1 juta itu. Singkat cerita uang 1 juta itu kemudian mereka sedekahkan.
“Mudah-mudahan
Alloh SWT akan mengganti uang kontrakan ini dengan yang lebih baik. Apabila
memang uang ini akan berarti bagi yang lebih membutuhkan. Mungkin bulan depan
kita sudah pindah ke rumah gedong itu” Tunjuk si suami kearah rumah gedung yang
memang ada tulisannya “Dijual, hubungi no Hp 0811xxxxxxx” dengan penuh optimis
Dari sinilah
kini suami istri itu setiap hari menunggu perubahan yang akan terjadi. Satu
hari, dua hari belum ada perubahan mendasar terhadap kehidupan rumah
tangganya.Seminggu, dua minggu dan masuk minggu ke empat pasangan ini sudah
mulai gelisah.
Begitulah tabiat dasar manusia, semuanya menginginkan hasil cepat dan sekali jadi. Hari ini menanam besok maunya langsung panen. Tapi bukanhah semuanya butuh proses? Dalam kondisi seperti ini pasangan tersebut mulai belajar apa artinya sabar.
Begitulah tabiat dasar manusia, semuanya menginginkan hasil cepat dan sekali jadi. Hari ini menanam besok maunya langsung panen. Tapi bukanhah semuanya butuh proses? Dalam kondisi seperti ini pasangan tersebut mulai belajar apa artinya sabar.
Alloh SWT
tidak pernah mengingkari janjinya, karena memang tidak mungkin dan tidak patut
bagi sifat Alloh yang Maha Pengasih dan Penyayang, kita saja yang tidak pernah
bersabar dengan apa artinya sabar.
Menjelang akhir bulan, datang utusan dari sebuah perusahaan yang sedang ditimpa masalah internal, utusan itu menemui pemilik warung tersebut menawarkan suatu kontrak untuk menyuplai nasi bungkus dalam jumlah besar. Tidak ada angin tidak ada hujan, semumur hidup belum pernah kepikiran akan mendapatkan orderan sebesar itu.
Menjelang akhir bulan, datang utusan dari sebuah perusahaan yang sedang ditimpa masalah internal, utusan itu menemui pemilik warung tersebut menawarkan suatu kontrak untuk menyuplai nasi bungkus dalam jumlah besar. Tidak ada angin tidak ada hujan, semumur hidup belum pernah kepikiran akan mendapatkan orderan sebesar itu.
“Bapak sanggup
nggak? kalau enggak sanggup, kami akan mencari orang lain. Ini tawaran besar.
kalau bapak sanggup kami akan membuat kontrak.”
“Memangnya, bapak pesan berapa bungkus?” tanya penjual nasi dengan penuh tanda anya. Dia bertanya seperti itu karena bisanya pesanan dari persusahaan yang ada di dekat warung itu cuma pesan beberapa ratus bungkus saja.
“15 ribu bungkus sehari tiga kali makan. Nasi sebanyak itu untuk pengungsi yang menjadi tanggungan kami. Bagaimana? Bapak sanggup?”
“Memangnya, bapak pesan berapa bungkus?” tanya penjual nasi dengan penuh tanda anya. Dia bertanya seperti itu karena bisanya pesanan dari persusahaan yang ada di dekat warung itu cuma pesan beberapa ratus bungkus saja.
“15 ribu bungkus sehari tiga kali makan. Nasi sebanyak itu untuk pengungsi yang menjadi tanggungan kami. Bagaimana? Bapak sanggup?”
“Sanggup”
Entah dari mana datangnya tenaga menganggukan kepala, tahu-tahu seperti ada
yang menggerakan kepala untuk mengangguk begitu saja. Dari anggukan kepala
itulah pemilik warteg itu mendapatkan keuntungan yang luar biasa. Hitungan
kasar 15000 X 3000 X 3 = Rp 1,35 miliar.
Awal bulan berikutnya mereka sudah pindah ke rumah gedung yang dahulunya hanya di angan-angan, kini rumah gedung itu sudah atas nama penhjual nasi itu.
Subahanalloh…………..
Awal bulan berikutnya mereka sudah pindah ke rumah gedung yang dahulunya hanya di angan-angan, kini rumah gedung itu sudah atas nama penhjual nasi itu.
Subahanalloh…………..
Malam itu di sebuah pesantren yatim-piatu di Jawa Timur
seorang Pengusaha datang bersilaturahmi ke Kyai pengasuh pesantren. Dia memang
mempunyai yang ingin coba dibagi dengan Pak Kyai. Sejurus kemudian
berlangsunglah pembicaraan antara keduanya.
“Pak Kyai, saya datang ke sini mau minta bantu doa agar hajat saya dikabulkan oleh Allah SWT.” ujar si Pengusaha.
“Memangnya saudara sedang punya hajat apa?” tanya Pak Kyai ringan.
“Begini Pak Kyai …, saya ini punya usaha di bidang migas. Saya sedang ikut tender di Riau. Doakan agar saya bisa menang tender…!” jelas si Pengusaha.
“Hmmmmm….” Pak Kyai hanya bergumam tanpa sedikit pun memberi tanggapan.
Entah apa gerangan, mungkin untuk meyakinkan Pak Kyai, tiba-tiba si Pengusaha menambahkan, “Tolong doakan saya dalam tender ini Pak Kyai, insya Allah seandainya saya menang tender, pasti saya akan bersedekah ke pesantren ini!”
Dahi Pak Kyai berkernyit mendengarnya. Raut muka beliau terlihat sepertinya agak tersinggung dengan pernyataan si Pengusaha.
Menanggapi pernyataan si Pengusaha, Pak Kyai yang asli Madura bertanya, “Sampeyan hapal surat Al-Fatihah…?!” Si Pengusaha menjawab bahwa ia hapal.
“Tolong bacakan surat Al-Fatihah itu! “pinta Pak Kyai.
“Memangnya ada apa Pak Kyai, kok tiba-tiba ingin mendengar saya baca Al-Fatihah?!” tanya si Pengusaha.”
“Sudah baca saja… saya mau dengar!” tukas Pak Kyai.
Maka sang Pengusaha itu pun mulai membaca surat pertama Alquran.
“Bismillahirrahmanirrahim.
“Pak Kyai, saya datang ke sini mau minta bantu doa agar hajat saya dikabulkan oleh Allah SWT.” ujar si Pengusaha.
“Memangnya saudara sedang punya hajat apa?” tanya Pak Kyai ringan.
“Begini Pak Kyai …, saya ini punya usaha di bidang migas. Saya sedang ikut tender di Riau. Doakan agar saya bisa menang tender…!” jelas si Pengusaha.
“Hmmmmm….” Pak Kyai hanya bergumam tanpa sedikit pun memberi tanggapan.
Entah apa gerangan, mungkin untuk meyakinkan Pak Kyai, tiba-tiba si Pengusaha menambahkan, “Tolong doakan saya dalam tender ini Pak Kyai, insya Allah seandainya saya menang tender, pasti saya akan bersedekah ke pesantren ini!”
Dahi Pak Kyai berkernyit mendengarnya. Raut muka beliau terlihat sepertinya agak tersinggung dengan pernyataan si Pengusaha.
Menanggapi pernyataan si Pengusaha, Pak Kyai yang asli Madura bertanya, “Sampeyan hapal surat Al-Fatihah…?!” Si Pengusaha menjawab bahwa ia hapal.
“Tolong bacakan surat Al-Fatihah itu! “pinta Pak Kyai.
“Memangnya ada apa Pak Kyai, kok tiba-tiba ingin mendengar saya baca Al-Fatihah?!” tanya si Pengusaha.”
“Sudah baca saja… saya mau dengar!” tukas Pak Kyai.
Maka sang Pengusaha itu pun mulai membaca surat pertama Alquran.
“Bismillahirrahmanirrahim.
..Alhamdulillahi
rabbil alamiin…Ar rahmaanir rahiim… Maliki yaumiddiin… Iyyaka na’budu wa iyyaka
nasta’iin…”
“Sudah-sudah cukup…, berhenti sampai di situ!” pinta Pak Kyai.
Si Pengusaha pun menghentikan bacaan.
“Ayat yang terakhir sampeyan baca itu mengerti tidak maksudnya?!” tanya Pak Kyai.
“Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin…, Pak Kyai?” tanya si Pengusaha menegaskan.
“Ya, yang itu!” jawab Pak Kyai.
“Oh itu saya sudah tahu artinya… kepada-Mu ya Allah kami mengabdi… kepada-Mu ya Allah kami memohon pertolongan!” tandas si Pengusaha.
Pak kyai lalu berujar enteng, “Oh, rupanya masih sama Al-Fatihah sampeyan dengan saya punya!”
Si pengusaha memperlihatkan raut kebingungan di wajahnya. “Maksud Pak Kyai…?!” tanya si Pengusaha heran.
“Saya kira Al-Fatihah sampeyan sudah terbalik menjadi iyyaka nasta’iin wa iyyaka na’budu!” jawab Pak Kyai.
Si Pengusaha malah bertambah bingung mendengar penjelasan pak kyai, ia pun berkata, “Saya masih belum mengerti Pak Kyai!”
Pak Kyai tersenyum melihat kebingungan si Pengusaha, beliau pun menjelaskan, “Tadi sampeyan bilang kalau menang tender maka sampeyan akan sedekah ke pesantren ini. Menurut saya itu mah iyyaka nasta’iin wa iyyaka na’budu. Kalau Al-Fatihah sampeyan gak terbalik, pasti sampeyan sedekah dulu ke pesantren ini, insya Allah pasti menang tender!”
Deggg! Keras sekali smash sindiran menghujam jantung hati si Pengusaha.
Ba’da dzuhur esok harinya, hape pak kyai berdering. Rupanya si Pengusaha tadi malam.
“Mohon dicek Pak Kyai, saya barusan sudah transfer ke rekening pesantren,” kata si Pengusaha, sambil pamit lalu menutup telepon.
Sejurus kemudian Pak Kyai pergi ke bank membawa buku tabungan.
Usai dicetak lalu dicek, matanya terbelalak melihat angka 2 dan deretan angka 0 yang amat panjang. Hingga Pak Kyai merasa sulit memastikan jumlah uang yang ditransfer.
Pak Kyai pun bertanya kepada teller bank, “Mbak, tolong bantu saya berapa dana yang ditransfer ke rekening saya ini?”
Sang teller menjawab, “Ini nilainya 200 juta, Pak Kyai!”
Pak Kyai pun begitu sumringah. Seumur-umur baru kali ini ada orang menyumbang sebanyak itu ke Pesantrennya,berulang kali ucapan hamdalah terdengar dari lisannya.
Malamnya lepas maghrib, Pak Kyai mengumpulkan seluruh ustadz dan santri di pesantren yatim itu.
Mereka membaca Alquran, dzikir & doa yang panjang untuk hajat yang ingin dicapai oleh si Pengusaha.
Arsy Allah SWT malam itu mungkin bergetar. Pintu-pintu langit mungkin terbuka, sebab doa yang dipanjatkan oleh Pak Kyai & para santri yatim begitu khusyuk….
Seminggu berselang si Pengusaha menelpon Pak Kyai.
“Pak kyai, saya ingin mengucapkan terima kasih atas doanya tempo hari. Alhamdulillah, baru saja saya mendapat kabar bahwa perusahaan saya menang tender dengan nilai proyek yang cukup besar!!!”
Mendengar itu, Pak Kyai turut bersyukur kepada Allah SWT. Ia lalu bertanya, “Berapa nilai tender yang didapat?!”
“Alhamdulillah, nilainya Rp 9,8 milyar!” jawab si Pengusaha.
Subhanallah, begitu cepat & besar balasan Allah yang diterima Pengusaha itu.
“Sudah-sudah cukup…, berhenti sampai di situ!” pinta Pak Kyai.
Si Pengusaha pun menghentikan bacaan.
“Ayat yang terakhir sampeyan baca itu mengerti tidak maksudnya?!” tanya Pak Kyai.
“Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin…, Pak Kyai?” tanya si Pengusaha menegaskan.
“Ya, yang itu!” jawab Pak Kyai.
“Oh itu saya sudah tahu artinya… kepada-Mu ya Allah kami mengabdi… kepada-Mu ya Allah kami memohon pertolongan!” tandas si Pengusaha.
Pak kyai lalu berujar enteng, “Oh, rupanya masih sama Al-Fatihah sampeyan dengan saya punya!”
Si pengusaha memperlihatkan raut kebingungan di wajahnya. “Maksud Pak Kyai…?!” tanya si Pengusaha heran.
“Saya kira Al-Fatihah sampeyan sudah terbalik menjadi iyyaka nasta’iin wa iyyaka na’budu!” jawab Pak Kyai.
Si Pengusaha malah bertambah bingung mendengar penjelasan pak kyai, ia pun berkata, “Saya masih belum mengerti Pak Kyai!”
Pak Kyai tersenyum melihat kebingungan si Pengusaha, beliau pun menjelaskan, “Tadi sampeyan bilang kalau menang tender maka sampeyan akan sedekah ke pesantren ini. Menurut saya itu mah iyyaka nasta’iin wa iyyaka na’budu. Kalau Al-Fatihah sampeyan gak terbalik, pasti sampeyan sedekah dulu ke pesantren ini, insya Allah pasti menang tender!”
Deggg! Keras sekali smash sindiran menghujam jantung hati si Pengusaha.
Ba’da dzuhur esok harinya, hape pak kyai berdering. Rupanya si Pengusaha tadi malam.
“Mohon dicek Pak Kyai, saya barusan sudah transfer ke rekening pesantren,” kata si Pengusaha, sambil pamit lalu menutup telepon.
Sejurus kemudian Pak Kyai pergi ke bank membawa buku tabungan.
Usai dicetak lalu dicek, matanya terbelalak melihat angka 2 dan deretan angka 0 yang amat panjang. Hingga Pak Kyai merasa sulit memastikan jumlah uang yang ditransfer.
Pak Kyai pun bertanya kepada teller bank, “Mbak, tolong bantu saya berapa dana yang ditransfer ke rekening saya ini?”
Sang teller menjawab, “Ini nilainya 200 juta, Pak Kyai!”
Pak Kyai pun begitu sumringah. Seumur-umur baru kali ini ada orang menyumbang sebanyak itu ke Pesantrennya,berulang kali ucapan hamdalah terdengar dari lisannya.
Malamnya lepas maghrib, Pak Kyai mengumpulkan seluruh ustadz dan santri di pesantren yatim itu.
Mereka membaca Alquran, dzikir & doa yang panjang untuk hajat yang ingin dicapai oleh si Pengusaha.
Arsy Allah SWT malam itu mungkin bergetar. Pintu-pintu langit mungkin terbuka, sebab doa yang dipanjatkan oleh Pak Kyai & para santri yatim begitu khusyuk….
Seminggu berselang si Pengusaha menelpon Pak Kyai.
“Pak kyai, saya ingin mengucapkan terima kasih atas doanya tempo hari. Alhamdulillah, baru saja saya mendapat kabar bahwa perusahaan saya menang tender dengan nilai proyek yang cukup besar!!!”
Mendengar itu, Pak Kyai turut bersyukur kepada Allah SWT. Ia lalu bertanya, “Berapa nilai tender yang didapat?!”
“Alhamdulillah, nilainya Rp 9,8 milyar!” jawab si Pengusaha.
Subhanallah, begitu cepat & besar balasan Allah yang diterima Pengusaha itu.
Alhamdulillah,
baru saja saya mendapat kabar bahwa perusahaan saya menang tender dengan nilai
proyek yang cukup besar!!!”
Mendengar itu, Pak Kyai turut bersyukur kepada Allah SWT. Ia lalu bertanya, “Berapa nilai tender yang didapat?!”
“Alhamdulillah, nilainya Rp 9,8 milyar!” jawab si Pengusaha.
Subhanallah, begitu cepat & besar balasan Allah yang diterima Pengusaha itu.
Mendengar itu, Pak Kyai turut bersyukur kepada Allah SWT. Ia lalu bertanya, “Berapa nilai tender yang didapat?!”
“Alhamdulillah, nilainya Rp 9,8 milyar!” jawab si Pengusaha.
Subhanallah, begitu cepat & besar balasan Allah yang diterima Pengusaha itu.
Saya lupa tepatnya tanggal berapa di mana dan jam berapa,
tapi yang pasti itu jam setelah maghrib dan di daerah rawamangun, Jakarta
Waktu itu saya
sedang mencari ATM (Anjungan Teller Mandiri) Bank Mandiri, bersama pacar saya
dia yang menyetir mobil. Kebetulan ATM itu berada di tempat yang mengharuskan
memotong jalur lawan arah, kira-kira begini deh…
Sebenarnya
tidak sulit untuk memotong jalur seperti itu walau dalam keadaan jalan yang
agak macet, tapi pacar saya tidak lebih hati-hati untuk melihat situasi,
jadilah dia menyerempet mobil orang. Pintu kanan mobil pacar saya pun bengkok
cukup parah dan sangat terlihat pada pintu belakangnya, sedangkan mobil yang
diserempet cuma lecet.
Berdebat-berdebat
antar kedua pemilik mobil jauh di luar sana, entah mereka nego apaan saya nggak
ngerti karena saya nungguin di dalam mobil abisnya bingung. Akhirnya pacar saya
masuk ke mobil dan meminjam uang saya untuk ganti rugi pada orang yang
diserempet nasib..
Akhirnya saya mengambil uang di ATM dan memberikannya
(meminjamkan ) pada pacar saya. Setelah pacar saya pergi untuk memberikan uang
tersebut pada orang-yang mobilnya diserempet- itu, ada seorang ibu-ibu
menghampiri saya. Ibu itu meminta saya untuk memberikan sumbangan untuk panti
asuhan yang dikelola suatu yayasan. Saya pertamanya bingung, ini kena lagi kena
susah kenapa ada orang minta sumbangan:?: Dan tiba-tiba saya pun teringat
cerita guru les saya dulu, kalau dia pernah mendapat berkah dengan bersedekah
disaat susah. Akhirnya saya menyumbang Rp5.000 atas nama pacar saya.
Sekitar 5
menit setelah ibu itu pergi, pacar saya pun kembali dengan wajah stress.
Permasalahan antar pemilik mobil memang sudah selesai, tapi permasalahan pacar
saya belum selesai karena mobil itu bukan benar-benar milik dia tapi punya
mamanya. Makanya dia pun stress membayangkan mamanya yang memarahi dia
nantinya. Saya pun berusaha menenangkan walau dia masih aja stress.
Esoknya saya menanyakan pada pacar saya apakah dia sudah
dimarahi atau belum. Pacar saya malah tertawa dengan aneh karena ternyata orang
rumahnya termasuk mamanya nggak ada yang sadar kalau pintu belakang ada yang
bengkok! Saya bingung dan bertambah bingung karena pacar saya bilang mobilnya
saat itu sedang dibawa mamanya pergi ke puncak bersama papanya. Alhasil pacar
saya tidak jadi stress dan malah bingung kenapa tidak ada yang sadar. Sekitar 2
hari kemudian, mamanya sudah pulang dan saya kembali menanyakan bagaimana
akhirnya pada pacar saya lewat telepon. Pacar saya kembali tertawa karena
ternyata mamanya belum sadar juga. Saya pun ikutan bingung.
3 hari
kemudian barulah bengkok mobil itu ketahuan. Saya mengetahuinya ketika saya
menanyakan pada pacar saya lagi. Dan dia pun tidak dimarahi seperti bayangan
dia sebelumnya. Mamanya hanya mengomel sebentar dan berlalu layaknya tidak ada
kejadian apa-apa.
Saya takjub,
dan bertanya-tanya kenapa bisa seperti itu. Padahal bengkok mobil itu bisa
terlihat walau dari jauh sekalipun. Tapi kenapa bisa nggak ketahuan selama 5
hari?
5 hari?
Akhirnya saya mengingat-ingat kembali kalau saya menyumbangkan uang Rp5.000
pada ibu-ibu yayasan panti asuhan pada hari kejadian 5 hari sebelumnya. Saya
berpikir, apakah itu kekuatan dari jumlah yang saya sumbangkan atas nama pacar
saya? Atau hanya kebetulan belaka? Entahlah, memang cepat atau lambat pintu
yang bengkok itu akan ketahuan juga, tapi saya rasa ketidaksadaran itu bukan
kebetulan . Mungkin itu memang kekuatan dari sedekah itu sehingga menutup mata
orang rumah pacar saya untuk menyadari akan bengkoknya pintu. Saya jadi
berpikir kalau saya waktu itu nyumbang Rp50.000, mungkin tidak akan ketahuan 10
hari kali ya….
Yah, dari sini
saya mendapat hikmah dari sini, bahwa di saat susah sekalipun jangan pernah
tinggalkan sedekah. Karena sedekah akan membawa keberuntungan dan berkah.
Kisah nyata para dermawan di atas
sudah jelas bahwa keajaiban sedekah terbukti, maka dari itu, sedekah akan
membawa kita bahagia baik di dunia maupun di akhirat, dan sedekah akan
mengangkat keadaan ekonomi si pemberi dan si penerima.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A.
SIMPULAN
Sedekah merupakan salah satu jenis ibadah yang dapat diaplikasikan
baik mahdloh maupun goir mahdloh yang sangat disukai Allah swt, dan ganjaran
orang yang sedekah ditampakkan baik di dunia juga di akhirat.
Berdasarkan kisah nyata para dermawan yang mengeluarkan hartanya
untuk sedekah penulis menyimpulkan pengaruh sedekah terhadap kehidupan manusia
seperti:
1.
Dilipat gandakan
pahalanya sebanyak tujuh ratus kali lipat.
Allah SWT bersabda:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) (QS. Al-Baqarah: 261)
2.
Sebagai penghalang bencana
Dari Ali r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Segeralah bersedekah,
sesungguhnya musibah tidak dapat melintasi sedekah.”
Rasulullah SAW bersabda “Bentengilah hartamu dengan zakat, obati
orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan bersedekah dan persiapkan doa untuk
menghadapi datangnya bencana” (HR. Ath-Thabrani)
3.
Amalan yang tidak putus
pahalanya walaupun orang yang beramal tersebut sudah meninggal
Nabi Muhammad SAW bersabda:
Apabila anak Adam wafat putuslah amalnya kecuali tiga hal yaitu sodaqoh
jariyah, pengajaran dan penyebaran ilmu yang dimanfaatkannya untuk orang lain,
dan anak (baik laki-laki maupun perempuan) yang mendoakannya. (HR. Muslim)
4.
Dapat memperpanjang
umur
Nabi Muhammad SAW bersabda:
Yang dapat menolak takdir ialah doa dan yang dapat memperpanjang umur yakni
kebajikan (amal bakti). (HR. Ath-Thahawi)
B.
SARAN
Penulis menyarankan kepada pembaca untuk memahami dan merealisasikan dalam
kehidupan sehari-hari sampai terbiasa dan terciptanya rasa senang terhadap
budaya sedekah kemudian apabila menemukan
kesalahan pada penjelasan penulis agar menghubungi penulis dan merefisi bila
diperlukan, karena hakikat kebenaran hanya milik Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul, 2009. fiqh
ibadah. Jakarta, Bumi Aksara
Abdad, Zaidi, 2003. Lembaga perekonomian umat islam di
dunia. Bandung, Angkasa
http://id.wikipedia.org/wiki/
http://biografi.rumus.web.id/2011/11/biografi-yusuf-mansur.html
Subscribe to:
Posts (Atom)